IDN-AUS Latihan Bersama Pesawat Tempur

TNI AU menerbangkan enam pesawat tempur F-16. Sementara RAAF (Royal Australian Air Force) menurunkan delapan pesawat tempur jenis F-18 Hornet.

Rugby Masuk Sekolah

Awalnya hanya sebuah kebiasaan yang dibawa oleh mahasiswa Indonesia yang baru lulus kuliah di Australia. Mereka berpikir, rasanya seru dan nggak masalah juga kalo rugby ini dimainkan oleh negeri sendiri.

Kejuaraan Pacuan Kuda KAPOLRI CUP 2011

Sutan Agogo menang tipis atas Blezing BMW pada Kelas Derby Piala Champion Serie 2. Hal ini membuat pacuan kuda Indonesian Derby 2011 akan berlangsung seru karena hampir semua kuda memiliki kesempatan yang hampir merata.

Klasemen Major League Baseball

Sabtu, 8 Oktober 2011. Detroit @ Texas | TBD | FOX | StubHub | Verlander vs Wilson

Membaca Adalah Jendela Dunia

Dengan membaca, wawasan kita akan semakin bertambah. Dengan wawasan kita yang semakin bertambah, maka derajat sosial kita akan meningkat. Sehingga kita akan lebih disegani oleh masyarakat. Dan jangan lupa berbagi ilmu yang kita dapat.

Sabtu, 05 Mei 2012

Manusia dan Tanggung Jawab

[Surat dari Kapten Timnas di Tahun 2038]


(gambar ilustrasi)

Salam kenal buat para pecinta sepakbola nasional, perkenalkan nama (samaran) saya adalah Dimas Prasetyo Siregar. Perkenankan saya dengan “lancang” memberikan sedikit informasi mengenai dunia sepakbola Indonesia di masa depan. Saya merupakan kapten Timnas Indonesia level senior di tahun 2038, jadi saya berharap apa yang akan kami informasikan ini nantinya akan berguna bagi anda-anda sekalian yang saat ini (2012) tengah dirundung konflik di persepakbolaan kita tercinta ini.

Sebelumnya, saya anak pertama dari dua bersaudara, ayah saya berasal dari Padang Sidimpuan dan ibu saya berasal dari Malang. Saya juga mohon maaf sekali identitas kedua orang tua saya sengaja saya rahasiakan disini, tentu saja ini demi menjaga “takdir” yang belum terjadi. Kedua orang tua kami adalah rakyat biasa saja, yang suka menonton laga-laga Timnas Indonesia dari layar kaca tanpa pernah sekalipun menonton langsung ke stadion. Hal ini dikarenakan memang kondisi ekonomi keluarga kami bisa dibilang dibawah pas-pasan. Bahkan ketika saya tampil membela Timnas dengan kostum kebanggaan berlambang garuda Pancasila, orang tua saya juga lebih memilih menonton di layar kaca, padahal banyak (sponsor, tv, maupun kemenpora) yang menawarkan dan memfasilitasi orang tua saya agar bisa menyaksikan secara langsung laga yang saya jalani. Tapi kondisi seperti ini tak menyurutkan niat saya untuk menggapai impian saya.
 
Saya merasa sangat beruntung hidup di Jakarta ini, karena di Jakarta pada saat ini (tahun 2038) terjadi beberapa perubahan mendasar. Yang sangat kontras dengan kondisi Jakarta di tahun 2012 adalah, Jakarta sudah tidak identik lagi dengan yang namanya kemacetan. Memang, kondisi jalan raya pada tahun 2038 tidaklah selancar seperti yang anda bayangkan, tapi yakinlah bahwa di tahun tersebut antrian di lampu merah di jalan-jalan protokol tidak sampai “mengular” seperti di tahun 2012. Tapi mengenai permasalahan banjir, jujur saja Jakarta di tahun tersebut masih saja mengalaminya. Berbagai program dan solusi yang diterapkan para gubernur yang menjabat selalu saja tambal sulam dan hanya dapat mengurangi sedikit saja efek negatif yang ditimbulkan dari musibah banjir.

Seandainya saja saya bisa memberikan foto atau video kondisi Jakarta di tahun tersebut, maka anda semua akan dapat menyaksikan sendiri perbedaannya. Sungguh sayang sekali, cuplikan file foto dan video yang sebelumnya telah kami persiapkan untuk kami kirimkan ke tahun 2012, mengalami kerusakan. Entah mengapa “probit” yang kami kirimkan ke tahun 2012 tiba-tiba bisa menjadi kosong sama sekali tak ada file foto maupun videonya. (probit adalah cara berkirim dokumen dengan menggunakan jaringan yang lebih maju daripada internet, dan mohon maaf sekali lagi saya tidak bisa mempublikasikan teknologi tersebut seperti apa).

Kembali ke maksud dan tujuan kami, disini saya akan menginformasikan kondisi sepakbola di masa yang akan datang. Pada awalnya kami yang tergabung dalam sebuah komunitas rahasia beranggotakan 15 orang, merasa sangat sedih sekali mengingat sejarah kelam sepakbola yang ditorehkan pada tahun 2012. Kami menyadari bahwa apa yang anda pahami mengenai sepakbola pada tahun-tahun tersebut sangat rancu dan sangat beda tipis sekali antara yang benar dengan yang salah. Oleh karena itu, komunitas kami yang beranggotakan ahli rekayasa teknologi, filsuf, mantan presiden, pakar olahraga, dan beberapa pemikir kepentingan bangsa dalam dunia olahraga, menunjuk saya yang notabene adalah seorang “brancoz” (mungkin di tahun anda lebih familiar dengan kata indigo, superior, atau extra ordinary people) agar dapat memberikan suatu pencerahan atas kondisi tak menentu yang terjadi pada tahun anda saat ini.

Di tahun 2019 barulah AFC mengukuhkan kompetisi yang ada di Indonesia benar-benar layak menyandang predikat sebagai yang profesional. Jadi, mohon maaf saja bila anda saat ini mengatakan kompetisi yang ada (baik itu ISL maupun IPL) dan klub-klub yang anda banggakan saat ini adalah segala-galanya, maka saya hanya bisa tersenyum kecil membaca apa yang ada dalam pikiran anda. Yakinlah, bahwa masih banyak hal-hal fundamental yang memang belum dapat dipenuhi oleh klub maupun kompetisi sepakbola di Indonesia dari 2012 hingga pertengahan 2019.

Keadaan yang cukup membanggakan tersebut ternyata juga tak seindah bayangan para pecinta sepakbola di tahun tersebut, karena selang waktu 3 tahun atau bertepatan dengan ajang Piala Dunia 2022, sepakbola Indonesia menjadi pergunjingan bangsa lain dikarenakan ada indikasi suap-menyuap antara PSSI dan FIFA mengenai keganjilan lolosnya India di putaran final Piala Dunia 2022.

Sekali lagi saya tekankan disini, yakinlah bahwa hal tersebut tidak akan terbukti kebenarannya, karena dari hasil investigasi yang dilakukan oleh badan independen beranggotakan 5 negara (Jerman, Belanda, Australia, Mexico, dan Brazil), menemukan hasil penelusuran yang sangat mengejutkan. Yakni, isu tersebut muncul karena konspirasi yang dibangun oleh suatu kelompok atau jaringan underground yang berkeyakinan bahwa “sepakbola sudah melenceng jauh dari sejarahnya”.

Jaringan tersebut juga menyusupi beberapa jabatan penting, baik itu di FIFA, UEFA, dan AFC. Dan tragisnya, nama Indonesia yang menjadi korban keganasan jaringan tersebut. Oh iya, karena investigasi ini menghasilkan bukti otentik yang sulit dibantah, maka setelah di tahun 2023 jaringan tersebut mendapatkan hukuman dilarang berkecimpung dalam dunia sepakbola selama seumur hidup bagi para individu yang terlibat (termasuk ada satu nama orang Indonesia yang tersangkut), maka organisasi independen 5 negara ini pun dibubarkan.

Saya kelahiran tahun 2014, beberapa bulan setelah gemerlap pesta Piala Dunia di Brazil berakhir. Sekilas mengenai identitas saya di timnas, saya pertama kali masuk Timnas adalah saat Timnas U-16 mengikuti turnamen kelompok umur yang diadakan di Rotterdam, Belanda, tahun 2029. Memang turnamen tersebut bukanlah agenda resmi FIFA, bahkan banyak negara-negara di Eropa yang tidak mengikuti turnamen tersebut, tapi bagi saya pribadi yang saat itu berusia 15 tahun, adalah suatu kehormatan dan diliputi rasa bangga karena dapat memberikan kontribusi nyata, dan memang itulah impian saya. Meski pada alhirnya langkah kami terhenti di semi final, namun ada pelajaran tersendiri yang dapat kami ambil dari turnamen yang diikuti oleh 11 negara dari Eropa, Asia, dan Afrika ini.

Di usia saya yang 17-18 tahun, saya merasakan mengenyam pendidikan di klub EPL, yakni Leeds United yang pada masa itu termasuk tim papan atas di Liga Inggris. Saya pun berkesempatan tampil membela tim junior Leeds United, meski hanya beberapa kali tampil sebagai starter. Kini di tahun 2038, saya di-plot sebagai kapten Timnas level senior oleh pelatih berkebangsaan Kroasia. Sungguh suatu kebanggaan tersendiri mendapat amanat sekaligus tanggung jawab besar mengemban ban kapten di usia saya yang menginjak 24 tahun ini. Di tahun ini pula Timnas senior dihadapkan pada laga fase terakhir Pra Piala Dunia 2040. Lawan yang kami hadapi di pertandingan terakhir sangat berat, yakni Jepang.

Meskipun kami akan tetap berusaha dengan segenap daya dan upaya, tapi kami juga harus mau berpikir realistis bahwa tiket langsung ke putaran final Piala Dunia 2040 sangat sulit kami dapatkan. Untuk itu, kalaupun Timnas gagal mendapatkan tiket langsung ke putaran final Piala Dunia, kami harus lebih fokus nanti bila ternyata Timnas mampu melaju ke play-off melawan perwakilan dari zona CONCACAF.

Sebagai orang yang belum dilahirkan di tahun ini (2012), tanpa bermaksud menggurui kepada yang lebih tua (anda), ijinkanlah saya menyampaikan pesan dari organisasi rahasia kami :

 “Demi rasa persatuan & kesatuan, dan demi kejayaan sepakbola kita, bersatulah! Ada secercah harapan kegemilangan prestasi sepakbola kita di masa depan, jadi jangan biarkan konflik yang terjadi di sepakbola kita. Kami bocorkan sejarah bahwa karena konflik di 2012, Indonesia tetap tidak akan kena sanksi FIFA. Maka dari itu, hendaknya semua pihak yang saat ini saling berseteru, lebih introspeksi diri. Jadikan kaca mobil yang sangat lebar itu sebagai fokus pandangan, dan sesekali meliriklah ke kaca spion yang kecil itu sebagai pembelajaran”.

Ini adalah pesan yang ke-empat kalinya yang coba kami kirimkan ke masa lalu dari tahun 2038, entah pada kesempatan kali ini apakah berhasil tersampaikan atau tidak, yang jelas kami tetap akan berusaha sambil terus memantau keberhasilan aksi rahasia dari organisasi kami ini. Meski tiga kesempatan sebelumnya gagal, kami tidak akan patah arang.

Akhir kata, kami akan sedikit membocorkan sejarah, bahwa dalam kurun waktu 2012-2038 Timnas senior kita hanya mampu 2x menjuarai ajang Piala AFF sebagai tambahan koleksi thropy di lemari prestasi.

Salam persatuan.




"Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, Artinya sudah menjadi bagian hidup dari manusia bahwa setiap manusia dibebani dengan tangung jawab. 

Seharusnya persepakbolaan Indonesia sadar akan tanggung jawab kepada bangsa Indonesia ini. Karena menyangkut nama baik Indonesia di kancah persepakbolaan internasional. PSSI harus kritis dalam berdemokrasi dalam menerima dan membuat kebijakan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Bukan malah berebut kekuasaan dan mementingkan kepentingan pribadi yang berupa korupsi, kolusi, maupun nepotisme.

Dalam cuplikan artikel diatas, tentunya Indonesia sangat menginginkan manajemen persepakbolaan yang jujur, adil, dan bersih dari segala KKN. Yang benar-benar ingin mewujudkan prestasi gemilang demi mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Semoga untuk kedepannya, dunia sepakbola Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang bisa bertanggung jawab atas keputusan yang ia buat. Agar Timnas Indonesia dapat mewujudkan impian yang selama ini tenggelam".

Manusia dan Pandangan Hidup

[Sang Pemimpi]


2009
Karya: Andrea Hirata


Sang Pemimpi adalah sebuah film Indonesia tahun 2009 yang diadaptasi dari tetralogi novel Laskar Pelangi kedua, Sang Pemimpi, karya Andrea Hirata. Film ini disutradarai oleh Riri Riza dengan produser Mira Lesmana. Pengambilan gambar rencananya dimulai di Belitung (Belitong, dalam bahasa setempat) pada 1 Juli 2009 dan dijadwalkan selesai pada 21 Agustus 2009, dan akan dilakukan di beberapa lokasi di Manggar, Tanjung Pandan, Jakarta, dan Bogor. 

Film ini rencananya akan tayang di bioskop di Indonesia mulai 17 Desember 2009.
Sang Pemimpi akan menjadi film pembuka dalam Jakarta International Film Festival (JiFFest) 2009 pada 4 Desember 2009, dan menjadi film Indonesia pertama yang menjadi pembuka sejak JiFFest pertama pada tahun 1999. Sang Pemimpi adalah film Indonesia terlaris kedua pada tahun 2009 dengan jumlah penonton 1,9 Juta orang.

Sang Pemimpi merupakan kelanjutan dari Laskar Pelangi. Film ini menceritakan mengenai Ikal dan saudara sepupunya, Arai, serta sahabatnya, Jimbron, pada usia remaja, dan mengisahkan mengenai anak remaja yang mencari identitas diri dan seksualitas pada usia 17 tahun.

Ikal masih merindukan cinta pertamanya yang telah pergi dari Belitung, menyisakan hanya kenangan dan sebuah kotak kaleng yang bergambarkan menara Eiffel. Arai, seorang playboy bergaya Melayu, jatuh cinta kepada teman sekelasnya Zakiah Nurmala yang tampaknya bertepuk sebelah tangan. Sementar itu, Jimbron berangan-angan untuk menyelamatkan Laksmi, seorang gadis muda yang bekerja di sebuah pabrik cincau. Bersama-sama, ketiganya berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi.



"Ikal dan Arai memiliki cita-cita utuk bersekolah diluar negeri yaitu di Paris, Prancis. Meski mereka hanya dari keluarga yang tak mampu, namun usaha mereka dalam menjalani hidup terutama dalam bidang pendidikan tidaklah menyurutkan tekad yang sudah bulat tersebut. Karena bercita-cita sekolah di Paris merupakan suatu pandangan hidup yang mereka yakini.

Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Hal itu menentukan masa depan seseorang. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pedoman atau petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasaikan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya. 

Seperti yang digambarkan pada akhir film ini, dimana Ikal dan Arai yang telah dewasa berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Paris. Mereka mendapatkan beasiswa setelah menyelesaikan penididikan di suatu universitas besar di Indonesia. Tentu ini membuat orang tua mereka bangga meski hanya menerima surat yang mereka kirimkan lewat pos.

Suatu kebahagiaan tiada tara jikalau manusia mendapatkan apa yang dicita-citakan. Dimana pandangan hidup yang mereka yakini menghantarkan kesuksesan bilamana dilaksanakan dengan sungguh-sungguh".

Jumat, 04 Mei 2012

Manusia dan Kegelisahan

[Butiran Kegelisahan]


(gambar ilustrasi)



Tak bisa kupungkiri memang, beberapa hari ini aku terus mencoba menentramkan jiwa, menyelimuti kalbu yang mulai tertoreh. Menutupi kegelisahan yang aku sendiri tak memahaminya. Aku melangkah setapak, namun kalut itu masih ada. Kembali ku gelengkan kepala, berharap bayangan yang tak berwujud itu segera hilang meninggalkan diriku. Aku menjerit pelan " Pergilah, aku mohon" . Terasa ruang ini begitu sempit. Padahal sebelumnya aku sangat mencintai ruang ini, disinilah tempatku menghilangkan jenuh hari-hariku, melepaskan gerutuan yang kudapat dijalanan. Kini, ia tak berarti apa-apa. Seolah ada tempat lain yang lebih nyaman bagiku, dan aku bisa tenang disana. Yup, jelas tempat itu memang ada, Firdaus Nya. Lantas, apa saat ini detik penantian itu sudah dekat? Rabb, hatiku memang gelisah, tapi aku tidak ingin mengahdapMu dalam kondisi seperti ini. 


Jiwaku benar-benar carut marut. Aku duduk diatas kursi kesayanganku. Dimana aku melayang kedunia maya, disana aku terbang kemanapun yang aku inginkan, dan disana pula tempatku menoreh banyak cerita, menyampaikan pesan hati lewat tulisan untuk orang banyak. Kugoyangkan penaku perlahan. Tercoret tanpa arah. Tanpa makna. Namun, bagiku coretan itu begitu menyimpan makna. Sebegitukah keadaan hatiku saat ini? Fuih,,,aku tak menemukan ide untuk berpesta pora dengan kata-kata indah yang biasa ku tulis. Kemudian aku bangkit, berjalan kesana kemari. Seandainya sahabatku Rahmi ada disini seperti biasa menemani hari-hariku, pasti ia bingung dan linglung melihatku seperti ini. Tapi keberadaannya pasti bisa sedikit membantuku mengemban kegelisahan ini. Hari ini ia tiada, ia sedang birrul walidain mengunjungi orang tua tercinta di kampung halaman, dan aku tidak berhak melarangnya. 


Kuhentikan langkah. Kumelihat kesekeliling. Ah, kenapa aku tidak mengaji saja. Akhirnya aku tersenyum indah, aku tahu apa yang akan aku lakukan saat ini. Segera aku beranjak ke kamar mandi ingin berwudhu, berusaha menentramkan kegalauan hati. Rabb, kesejukan ini sungguh bermakna. Pujian ku hantur syahdu untuk Nya. Kuraih Mushaf Merah marunku, yang selalu bisa membuat bibirku basah indah dengan menghayati tiap katanya. Kumulai dengan kalimat ta'awudz dan basmalah untuk memasuki dunia kalam Nya. Tetesan embun memenuhi ruang jiwaku, menyejukkan jiwaku yang sedang meronta galau. Terasa begitu indah. Air mataku mulai jatuh, bening itu jatuh begitu saja, tanpa paksaan, tanpa rekayasa. Semakin ku memperpanjang bacaan, semakin deras ia bercucuran, menandakan sebegitu beratnya beban hatiku saat ini. Allah aku begitu merindukanMu. Sungguh!


Bingung. Lagi-lagi aku seperti ini. Aku merasa dunia saat ini sungguh tidak bersahabat. Bagiku dunia tidak lagi ramah. Walaupun aku tak tahu kapan ia pernah ramah. Aku bosan, bosan melihat prioritas manusia yang selalu hanya memikirkan dunia. Walau aku tidak mungkin juga lari dari dunia. Walau aku masih saja larut dalam aktifitas manusiawi yang tak bermakna. Itulah sebabnya aku merasa bosan. Dunia. Wajah aneh penuh rasa. Ada kebahagiaan, kekejaman, kesadisan dan banyak lainnya yang tak bisa kusebutkan, lebih tepatnya tak ingin kusebutkan. Dunia. Ladang fatamorgana yang manusia tak bisa lari darinya. Memang, tak mungkin terhindar darinya. Sebab kasat mata yang terlihat hanya dunia saja. Ladang akhirat akan hadir setelah adanya perenungan. 


Aku sepi. Aku tak mengerti apa aku benar-benar lelah menghadapi dunia ini. Aku kembali merenungi niat yang aku miliki. Apa ia begitu suci? Apa ia sudah lurus? Apa ia sudah layak untuk memperoleh janji FirdausNya? Atau apa ia hanya nafsu dunia saja? Hanya tuntutan yang belum mengenal arah. Entahlah.


" Dunia memang indah, lebih indah dari hayalan seorang putri raja dikala menanti sang pangeran. Ia kebahagiaan dan kesenangan. Sahabatku Rini, dunia itu hanya tipuan, keindahannya hanya sementara, ia tak menjanjikan apapun, walau kita sudah memperoleh kebahagiaan dari padanya, namun belum pasti bisa kita bawa hingga ke akhirat. Rin, sungguh aku begitu mencintai mu karena Allah, aku tahu kau seperti ini bukan karena ketidakpercayaanmu pada janji Allah, bahkan kau lebih tau tentang itu dari pada aku, kau sahabat yang luar biasa Rin, jangan kau biarkan dirimu kalut dalam kegalauan seperti ini. Jika memang kau lelah, berbuatlah satu hal yang bagimu itu lebih baik kau kerjakan saat ini sebab kau takut akan meninggalkan semuanya. 

Sahabatku, aku tahu siapa dirimu, ambillah ia, dan kerjakanlah ia, jika itu adalah ahsanul amal bagimu. Jangan pedulikan bisikan-bisikan itu, itu hanya akan membuatmu ragu untuk melangkah. Sobat, aku percaya kau tidak akan salah pilih. Karena aku tahu berapa besarnya rasa cinta dalam hatimu untuk Sang Rabb. Rin, aku akan kembali dalam minggu ini, aku harap kau sabar menunggunya. Aku rindu mendengar celotehanmu, suara tawamu, dan pujianmu itu. Ahibbak fillah.


Aku menangis tersedu. Allah, terima kasih Kau telah memberiku seorang sahabat yang begitu mengerti aku. Aku begitu mencintainya Rabb. Dia yang selalu membantuku menghapus butir kegelisahan hati, dan menguatkan kasihku pada Mu. Pesan itu begitu panjang, ia sahabatku rela mengirimkan pesan panjang itu lewat SMS yang pasti banyak menghabiskan layar. Namun, itu sangat bermakna bagiku. Hatiku yakin kini. Mantap pada keputusan yang akan aku lakukan untuk menghapus semua goyah kalbu ini. Aku khawatir, jika aku tak melakukannya, aku akan lebih parah dari ini. 


Bismillah, Rabb terimalah niat lurus ku ini. Tak ada lain yang kuinginkan selain ridha Mu saja. Sungguh hanya itu Allah. Sujud takzim ku persembahkan untuk Nya. Kali ini aku merasa sujud ini begitu berkesan. Wahai dunia dengan segala perangkatmu, aku ingin sejenak melupakanmu, meninggalkan harapan dan bayangan serta nafsu yang selama ini melekat di dinding jiwaku. Tak ada janji apapun yang mengikatku, selain hanya janji dari Nya saja. 

Kuhapus air mata ini. Kuharap tetesan ini menghapus khilaf yang aku lalui. Kini, hatiku mantap sudah, melangkah maju ke Darul Hufadz, tanah impianku selama ini. Moga saja Aku bisa menghilangkan Hubbud dunya yang ada dalam jasadku selama ini. Allah, aku datang untuk memelihara kalam Mu, seperti yang pernah dilakukan oleh para sahabat dulu. Faidza ‘azzamta fatawakkal ‘alalllah. Bismillah. 




 "Kegelisahan yang terdapat dalam jiwa manusia terutama pada hati nurani seringkali membuat tidak nyaman. Menjadikan rangkaian aktifitas dalam kehidupan kita menjadi tidak beraturan. Meski sudah mencoba hal-hal yang bertujuan untuk melepaskan kegelisahan itu namun masih saja membekas dan mungkin akan menjadi besar kembali rasa gelisah itu. 

Pada hakikatnya manusia merasakan gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari itu usaha untuk mengatasi kegelisahan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita kontrol untuk terlepas dari rasa kegelisahan.

Tak ada cara lain selain berserah diri kepada Allah SWT dan merenungi apa kesalahan kita dihadapan-Nya. Berserah diri akan membuat hati dan jiwa kita menjadi lebih tenang. Melepaskan segala masalah yang menjerat kalbu, meski sifatnya sementara namun efeknya terus mendorong kita untuk berfikir jernih dan membuat kita berperilaku baik. Itulah dahsyatnya berserah diri dalam mengatasi kegelisahan".


Manusia dan Penderitaan

  
 (gambar ilustrasi)


Sangat hati-hati sekali, aku mulai membuka sampul surat itu. Aku kaget bukan main! Surat Hanin tampil dalam bentuk lain, undangan pernikahan dengan motif bunga yang melambangkan kehidupan. Dalam lembaran terpisah, ada kertas kecil yang bertuliskan:

Putri…
Aku tunggu kehadiranmu. Walau hanya dalam mimpi dan anganku.

Hanin akan menikah? Aku jadi bimbang. Ingin sekali aku memenuhi undangan itu, melihatnya bahagia, tapi bagaimana caranya? Saat ini aku hanya bisa berbaring, menanti kehidupan baru, kehidupan yang pernah disampaikan Hanin padaku. Jika tidak aku penuhi undangan itu, aku merasa sangat berdosa. Percuma selama ini aku berjuang, jika rasa berdosa itu ikut menyelimuti tubuhku.

* * *
Ya, bagaimana aku tidak merasa berdosa, sejak kepergian ibu, tidak ada lagi yang mau menemani hari-hariku, kecuali Hanin. Hanin, wanita yang usianya sepuluh tahun di atasku, telah menjadi bagian dalam kehidupanku. Haninlah yang terus memberiku semangat hingga saat ini aku masih bisa bertahan, bertahan untuk terus hidup.

Hanin tidak seperti Rina yang selalu menghindar bila berjumpa denganku. Padahal dulu, kami selalu pergi ke sekolah bersama, belajar bersama dan bermain bersama. Jika ada kesempatan, Rina selalu singgah ke rumahku, hanya untuk bercerita bahwa Robi hampir tiap malam meneleponnya, bahwa Robi telah resmi menjadi pacarnya dan bahwa Robi telah berani mecium pipinya.

Hanin juga tidak seperti Leo, yang selalu menghindar bila berjumpa denganku. Padahal dulu, Leo selalu mencuri perhatianku, selalu berusaha mendekatiku, dan akhirnya Leo menjadi kekasihku yang kemudian meninggalkanku. Hanin juga tidak seperti ayah, ayah selalu sibuk dengan urusan kantor dan wanita-wanita simpanannya.

Aku mengenal Hanin setahun yang lalu, lewat sebuah saluran komunikasi yang di sebut “chatting”. Waktu itu kami saling berbagi cerita, pengalaman, dan keluh kesah. Perkenalan kami berlanjut lewat surat dan telepon jarak jauh (ternyata Hanin bermukim di sebuah kota yang jaraknya ratusan kilometer dari kotaku). Aku ceritakan semuanya tentang kehidupanku, tentang semua penderitaanku, dan Hanin seperti tidak pernah bosan membalas semua surat-suratku. Katanya, “penderitaan itu adalah perjuangan, hidup memang penuh perjuangan, hidup tanpa perjuangan adalah kematian”, begitulah isi dari suratnya yang pertama kali untukku. Kata-katanya itu masih tertanam kuat dalam hatiku, kata-kata itulah yang membuatku masih bisa bertahan, bertahan untuk terus hidup. 

Lewat telepon, aku tidak saja bercerita tentang penderitaanku yang menurutnya adalah perjuanganku, tapi juga tentang penderitaan ibuku. Aku ceritakan semuanya tentang bagaimana menderitanyan ibu menghadapi tingkah polah ayah. Ya, ayah sedikitpun tidak pernah memperdulikan kami, anak dan istrinya. Jika ibu menanyakan hal itu pada ayah, maka dapat dipastikan ayah akan marah, lalu membentak-bentak ibu, menamparnya, memukulnya, dan bahkan tak jarang, ayah menggunakan kakinya untuk menendang ibu. Untuk hal yang satu ini, aku betul-betul tidak bisa melupakannya. Suatu hari, ibu menemukan foto ayah yang sedang asyik bermesraan dengan seorang perempuan yang entah siapa namanya. Tentu saja ibu tidak tinggal diam. Ibu kemudian menemui ayah dan menanyakan siapa perempuan yang bersamanya di foto itu. Ayah kaget, lalu merebut foto tersebut, kemudian ayah menampar ibu, memukul ibu dan menendangnya.

“Ini bukan urusanmu, awas! Jangan mengungkit masalah ini kalau tidak ingin kuceraikan!”
Kuperhatikan waktu itu ibu tidak bisa berbuat apa-apa, ibu hanya menunduk sembari menahan butiran lembut yang tiba-tiba saja mengalir di pipinya. Sejak saat itulah, hubungan ibu dan ayah tidak harmonis lagi. 

Aku juga menceritakan bagaimana menderitanya ibu ketika mendengar ejekan tetangga sejak aku di vonis oleh dokter menderita penyakit yang sama sekali tak pernah kubayangkan. Akhirnya ibu meninggal. Tapi Hanin tetap saja mengatakan bahwa penderitaan itu adalah perjuangan.
“Putri, penderitaan ibumu juga perjuangan,hidup memang penuh dengan perjuangan,mati dalam perjuangan adalah kehidupan”
“Berarti ibuku telah menemukan kehidupannya?”
“Insyaallah, berdo’alah”

* * *
Sejak penyakit itu bersarang ditubuhku, sejak itulah berbagai penderitaan muncul di dalam kehidupanku. Kenapa harus penyakit itu yang bersarang ditubuhku? Apa salahku? Aku bukan pelacur, aku tidak pernah menjual tubuhku, aku tidak pernah menjual pantatku, apalagi selangkanganku. Ketika kutanyakan hal ini kepada semua orang yang pernah kukenal, kecuali Hanin, jawaban mereka nyaris sama : “itu adalah suratan, itu adalah takdir”. Ah, persetan dengan suratan, persetan dengan takdir, ataukah Tuhan yang tidak adil padaku?

Akhir-akhir ini pekerjaan rutinku hanya menulis dan membaca surat, hanya itu yang bisa aku lakukan selain makan dan tidur di ranjangku yang kadang-kadang membuat nafasku terasa sesak. Aku tidak lagi sekolah seperti dulu. Pihak sekolah telah lama mengeluarkan aku dari daftar siswa, menurut mereka, hal itu untuk menjaga nama baik sekolah. Padahal, banyak sekali guru-guru di sekolahku terlibat korupsi, termasuk kepala sekolah itu sendiri. Apakah hal itu tidak merusak nama baik sekolah? Tapi aku tetap bersyukur, lebih baik dikeluarkan dari pada tetap bersekolah. Penderitaanku akan bertambah bila tetap bersekolah. Di sekolah, aku dikucilkan, di cemooh, dan digunjingkan, bukankah itu akan menambah penderitaanku?

Belakangan ini komunikasiku dengan Hanin hanya berlangsung lewat surat. Aku tidak bisa lagi memakai jasa internet, karena untuk menempuh warnet langgananku, aku harus berjalan sejauh satu kilometer. Aku tidak sanggup lagi berjalan sejauh itu. Kendaraan umum yang ada pun hanya ojek. Naik ojek? Itu sama saja membunuhku. Pernah suatu ketika, aku naik ojek sepulang dari warnet, tiba-tiba tubuhku gemetar dan kepalaku pusing, kemudian aku terjatuh dan dirawat selama tiga hari di rumah sakit. Hal ini tentu saja membuatku semakin menderita.
Aku tidak berani lagi memakai telepon rumah, ayah sangat marah jika mengetahui pulsa telepon rumah membengkak gara-gara sering kupakai untuk menghubungi Hanin. Untuk pergi ke wartel, kasusnya sama saja dengan pergi ke warnet.

Kali ini surat Hanin tidak lagi tentang perjuangan, tapi tentang kebahagiaan. Kebahagiaan dari perjuangan. Katanya, ia sudah bertunangan dengan seorang lelaki yang sangat mencintainya, seperti ia mencintai lelaki itu. Oh ya, ternyata lelaki itu satu kuliah dengannya. Akhir-akhir ini ku ketahui bahwa Hanin adalah mahasiswa semester terakhir jurusan psikologi di salah satu perguruan tinggi negri yang ada di kotanya. Setelah di wisuda nanti ia akan menikah dengan lelaki itu. Ia juga menanyakan kapan aku menikah, kalau mau seperti dia, aku harus tetap berjuang, kebahagiaan berasal dari perjuangan, begitulah isi dari suratnya. Setelah membaca surat itu, aku mulai merasa sedikit bahagia. Aku merasa memiliki harapan walau dokter menyatakan tidak.

Semua surat-surat Hanin aku susun dan aku lipat dengan sangat hati-hati sekali. Semuanya aku simpan dalam sebuah lemari kecil yang terletak di sudut kamarku. Lemari kecil itu sengaja aku jadikan sebagai tempat khusus penyimpan surat-surat dari Hanin. Aku pasti membuka lemari kecil itu dan membaca kembali surat-surat kiriman dari Hanin jika aku merasa kesepian. Karena surat-surat itulah sampai saat ini aku masih bisa menikmati penderitaan, perjuangan, yang katanya berbuah kebahagiaan.
Tiga bulan setelah itu Hanin tidak lagi membalas surat-suratku. Apakah penyebabnya? Aku tidak tahu. Sudah bosankah Hanin membalasnya? Atau Hanin telah melupakan aku? Meninggalkan aku? Mungkin saja, mungkin saja ia telah larut dalam kebahagiaannya karena telah menikah dengan lelaki pilihannya dan kemudian tidak ingat lagi padaku. Mungkin saja begitu, banyak kutemui orang-orang seperti itu: di saat bahagia lupa akan segalanya. Kenapa tidak, toh Hanin hanya manusia biasa. 

Tapi itu tidak mungkin. Hanin tidak seburuk itu. Mungkin Hanin sedang dalam masalah, atau mungkin Hanin sedang sakit, sakit yang begitu parah, lebih parah dari penyakitku.
Jika memang demikian, berarti ia tengah berjuang sepertiku. Jika memang, aku harus kembali menulis surat padanya, memberinya semangat untuk terus berjuang. Tapi bagaimana caranya? Penyakit itu semakin ganas menerkam tubuhku! Daya tahan tubuhku semakin hilang sehingga tidak bisa lagi menulis. Aku anya bisa berdo’a seperti yang pernah diajarkan Hanin padaku. Kali ini aku berdo’a untuk Hanin.

Alhamdulillah, do’aku dikabulkan Tuhan. Mbok Inah—janda tua yang sebulan belakangan ini digaji ayah untuk merawatku—datang membawa sepucuk surat. Katanya untukku, aku yakin itu pasti dari Hanin. Siapa lagi kalau bukan Hanin, hanya ia yang selalu menulis surat padaku. Ternyata Hanin telah sembuh, Hanin telah bisa kembali menulis surat untukku.

* * *
Ya, dengan sangat hati-hati, aku buka sampul surat itu. Isi suratnya tampil dalam betuk lain. Sebuah undangan pernikahan dengan motif bunga yang melambangkan kehidupan, dan dalam lembaran terpisah, ada kertas kecil bertuliskan: 

Putri…
Aku tunggu kehadiranmu. Walau hanya dalam mimpi dan anganku.

Ingin sekali aku memenuhi undangan itu, melihatnya bahagia. Tapi bagaimana caranya? Ah, aku tidak boleh putus asa, kata Hanin, Tuhan amat murka pada hamba-Nya yang mudah putus asa. Aku harus berusaha, setidaknya memberi tahu Hanin, bahwa aku bahagia menerima undangannya dan ingin sekali menghadiri pesta pernikahannya, menyaksikan Hanin bersanding di pelaminan bersama lelaki yang amat mencintainya.

Tanpa buang waktu lagi, segera kuraih gagang telepon, aku ingin menelepon Hanin. Aku akan katakan pada Hanin bahwa aku akan hadir di hari pernikahannya. Tapi tiba-tiba pandanganku berubah menjadi gelap. Sayup-sayup aku mendengar sebuah suara memanggil namaku, suara yang sangat familiar sekali di telingaku. Mula-mula suara ibu, lalu berganti dengan suara Hanin. Heran, aku merasa sedang berada di negri lain, negri yang begitu asing bagiku. Inikah yang namanya kehidupan itu? Kehidupan yang pernah dikatakan Hanin padaku? Pandanganku semakin gelap, nafasku tiba-tiba sesak dan kemudian aku tak ingat apa-apa lagi.




"Penderitaan janganlah dianggap sebagai kelemahan utama pada diri kita. Hal itulah yang membuat kita semakin lemah tak berdaya dan selalu berfikir pesimis dalam menjalani kehidupan yang sebenarnya masih banyak harapan. Stimulasikanlah penderitaan sebagai poin-poin perjuangan demi mencapai angan dan keinginan yang ada pada hati nurani. 

Manusia yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif biasanya mengekspresikan penyesalan karena tidak bahagia, kekecewaan, putus asa,  bahkan yang lebih ekstrem adalah ingin bunuh diri. 

Namun, manusia haruslah berjuang! Itulah kata yang sangat ampuh untuk memunculkan semangat hidup tanpa halangan yang disebabkan oleh penderitaan. Sesungguhnya penderitaan itu adalah proses/ujian yang bilamana berhasil dilalui niscaya akan mendapatkan kebahagiaan hakiki".

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More